Pelapisan Sosial

 

Pelapisan Sosial

A. Pengertian Statifikasi

Stratifikasi sosial menurut Pitirim Sorokin adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).

Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul Social Stratification mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.

Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.

statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.

B. Terjadinya Pelapisan Sosial

Setiap proses sosial selalu ada di masyarakat namun ternyata ada beberapa proses terbentuknya pelapisan sosial itu sendiri. Ada pelapisan sosial yang terbentuk secara alami lalu kemudian berbaur di masyarakat namun ada juga pelapisan sosial yang terbentuknya memang di sengaja. Adapun penjelasan tentang proses terbentuknya pelapisan sosial adalah:

Proses terbentuknya pelapisan sosial dengan di sengaja Indonesia adalah negara demokrasi dimana masyarakat yang menentukan tentang hukum yang berlaku dan di setujui melalui proses permusyawarahan bersama. Meskipun sebagian besar peraturan di buat oleh masyarakat namun di dalam kelompok masyarakat haruslah terdapat seorang pemimpin. Inilah perbedaan kreatif dengan inovatif yang jarang orang ketahui. Keberadaan pemimpin di dalam suatu kelompok masyarakat berguna untuk menjaga keteraturan hidup bermasyarakat. Dan tentunya pemimpin ini selalu di hormati oleh warga serta mendapatkan hak istimewa tersendiri sebagai seorang pemimpin masyarakat.

Fungsi bahasa daerah yang harus Anda ketahui sebab banyak kaula muda yang mengabaikan hal ini. Karena beberapa orang yang menjadi penting di masyarakat dan mendapatkan beberapa hak istimewa yang tidak di dapatkan oleh masyarakat yang lain dan menimbulkan terjadinya pelapisan sosial. Ini termasuk ke dalam pelapisan sosial yang di sengaja sebab proses terbentuknya memang di inginkan oleh kelompok masyarakat tersebut. Karakteristik sosiologi pendidikan ini sangatlah penting. Pelapisan sosial yang terbentuk karena di sengaja memiliki dua sistem, yaitu:

  1. Sistem scalar

Sistem scalar adalah pelapisan sosial di masyarakat yang terjadi akibat pembagian kekuasaan dari bawah menuju ke atas atau bisa di bilang vertikal. Sehingga ada masyarakat yang berada di bawah, di tengah, dan di tangga paling atas. Ini perbedaan resosialisasi dengan sosialisasi.

  1. Sistem fungsional

Sedangkan sistem fungsional adalah pelapisan sosial yang terjadi karena di sengaja dan pembagian setiap lapisan memang di tentukan oleh kebijakan masyarakat tersebut.

Proses terbentuknya pelapisan sosial secara alami Pelapisan sosial tidak hanya bisa terbuat dengan sengaja namun juga bisa terbentuk secara alami. Biasanya pelapisan ini terjadi begitu saja di dalam masyarakat tanpa di rencanakan terlebih dahulu. Sehingga tanpa di sadari oleh masyarakat lainnya bisa muncul sebuah penggolongan tersendiri antar sesama warga. Baik itu penggolongan berdasarkan peranannya di masyarakat ataupun berdasarkan tingkat materi yang ia miliki.

Biasanya pelapisan sosial yang terjadi secara alami ini terjadi bergantung pada waktu dan tempat. Sehingga setiap daerah memiliki pelapisan sosialnya sendiri-sendiri dan tentu saja berbeda dengan pelapisan sosial yang ada di daerah lainnya. Bisa saja di tempat Anda pelapisan sosial yang terjadi karena ada masyarakat yang lebih berilmu namun di tempat lain terjadi pelapisan sosial karena materi.

C. Perbedaan Pelapisan Sosial

Selain ada proses terbentuknya pelapisan sosial yang berbeda, pelapisan sosial juga di bagi menjadi beberapa jenis. Adapun tipe-tipe dari pelapisan sosial adalah:

  • Pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial tertutup adalah sebuah pelapisan sosial di masyarakat yang terjadi akibat adanya kelahiran. Contoh seorang raja yang memiliki putra nantinya putra tersebut yang menjadi raja selanjutnya bukan anggota masyarakat yang lain.
  • Pelapisan sosial terbuka, sedangkan pelapisan sosial terbuka memungkinkan setiap masyarakat menempati kedudukan yang lebih tinggi.
  • Pelapisan sosial campuran, dan pelapisan sosial campuran adalah pembeda di masyarakat yang bisa di pengaruhi karena kasta dan juga materi yang di miliki seseorang. Nah itu tadi beberapa proses terbentuknya pelapisan sosial yang harus Anda ketahui.

    D. Kriteria Penggolongan Masyarakat

    Kriteria Status Sosial

    Kriteria stratifikasi pada status sosial membedakan kelas sosial berdasarkan status sosialnya. Anggota-anggota masyarakat yang memiliki status sosial lebih terhormat menempati lapisan sosial lebih tinggi dibandingkan anggota masyarakat yang tidak memiliki status sosial dalam masyarakat.

Sebagai contoh, status sosial ini yang menjadi klarifikasi dalam stratifikasi sosial adalah tokoh masyarakat, tokoh cendekiawan, dan tokoh agama lebih dihormati dalam kehudupan bermasyarakat. Dalam sitem ini tidak ada ukuran kekayaan karena di dasari pada peran dan fungsinya dalam masyarakat, adapaun yang menjadi ukurannya adalah peran dalam lembaga sosial. Baca; “Lembaga Sosial” Pengertian, Ciri, Tipe, dan Fungsi

Kriteria Ekonomi

Kriteria stratifikasi dalam bidang ekonomi membedakan kelas sosial berdasarkan kepemilikan kekayaan atau penghasilan. Sistem ekonomi membagi pelapisan sosial dalam tiga kelas, diantaranya adalah sebagai berikut;

  1. Kelas Atas(Upper Class), yang terdiri dari kelas atas atas, kelas atas menengah, dan kelas atas bawah
  2. Kelas Menengah (Middle Class), yang terdiri dari kelas menengah atas, ketas menengah, dan kelas menengah bawah
  3. Kelas Bawah (Lower Class), yang terdiri dari kelas bawah atas, kelas bawah menengah, kelas bawah bawah

Kriteria Pendidikan

Kriteria pendidikan membedakan masyarakat berdasarkan tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang dapat dipereolah dengan usaha dan kerja keras dalam pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kedudukah sosialnya dalam masyarakat.

Sistem pelapisan sosial dengan kriteria pendidikan, contohnya saja mengenai tingat pendidikan seseorang yang di dapat dari Lulusan SD, SMP, SMA, SMK, Perguruan Tinggi sampai jenjang Profesor. Untuk di Indonesia stratifikasi sosial pendidikan ini masih berlaku pada jenjang pendidikan formal, sedangkan untuk jenjangan pendidikan yang nonformal seperti pada gelas di dapatkan dari Pesantren

Kriteria Politik

Kriteria politik dapat membedakan masyarakat berdasarkan kekuasaan dan peran yang mereka miliki. Semakin besar kekuasaan yang dimiliki seseorang, semakin tinggi pula status sosialnya di dalam kehidupan bermasyarakat. Bentuk kekuasaan dalam kriteria politik sebagai bagian stratifikasi sosial dapat dibagi menjadi tiga tipe pelapisan sosial berikut.

  1. Tipe kasta yaitu sistem pelapisan sosial yang sulit ditembus untuk melakukan perpindahan status dan bawah ke atas ataupun sebaliknya karena dipisahkan oleh garis tegas dan bersifat kaku. Contoh pelapisan kekuasaan berdasarkan tipe kasta tampak pada peran dan fungsi yang diperolah raja (penguasa), bangsawan orang-orang yang bekerja di pemerintahan dan pegawai rendah seperti tukang, pelayan, petani, buruh tani, nelayan, dan budak
  2. Tipe oligarki yaitu sistem pelapisan sosial yang masih memiliki garis pemisah tegas. Akan tetapi, dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat Pada tipe oligarki kedudukan setiap individu masih didasarkan pada kelahiran Meskipun demikian, individu diberi kesempatan naik ke lapisan sosial atas.
  3. Tipe demokratis yaitu tipe pelapisan sosial dengan garis pemisah antar lapisan bersifat fleksibel. Faktor kelah Iran tidak memengaruhi sistem pelapisan sosial ini. Contoh sistem pelapisan sosial demokratis antara lain akan tampak pada pemimpin politik, pemimpin partai, orang kepercayaan dan pemimpin organisasi besar.

E. Persamaan Derajat

Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungkan antara manusia dengan lingkungan masyarakat umumnya timbal balik, maksudnya orang sebagai anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah dan Negara. Hak dan kewajiban sangat penting ditetapkan dalam perundang-undangan atau Konstitusi. Undang-undang itu berlaku bagi semua orang tanpa terkecuali dalam arti semua orang memiliki kesamaan derajat. Kesamaan derajat ini terwujud dalam jaminan hak yang diberikan dalam berbagai faktor kehidupan.

F. Pengertian Elite dan Massa

Pengertian Elite

Ada 2 definisi mengenai pengertian dari elite : a) Menurut KBRI, elite adalah orang-orang terbaik atau pilihan dalam suatu kelompok/kelompok kecil orang-orang terpandang atau berderajat tinggi (kaum bangsawan, cendekiawan, dsb) b) Dalam arti lebih khusus, elite adalah sekelompok orang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan kecil yang memegang kekuasaan. Dalam cara pemakaiannya yang lebih umum elite dimaksudkan : “ posisi di dalam masyarakat di puncak struktur struktur sosial yang terpenting, yaitu posisi tinggi di dalam ekonomi, pemerintahan, aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran, dan pekerjaan-pekerjaan dinas.” Tipe masyarakat dan sifat kebudayaan sangat menentukan watak elite. Dalam masyarakat industri watak elitnya berbeda sama sekali dengan elite di dalam masyarakat primitive. Di dalam suatu pelapisan masyarakat tentu ada sekelompok kecil yang mempunyai posisi kunci atau mereka yang memiliki pengaruh yang besar dalam mengambil berbagai kehijaksanaan. Mereka itu mungkin para pejabat tugas, ulama, guru, petani kaya, pedagang kaya, pensiunan dan lainnya lagi. Para pemuka pendapat (opinion leader) inilah pada umumnya memegang strategi kunci dan memiliki status tersendiri yang akhirnya merupakan elite masyarakatnya.

Pengertian Massa

Istilah massa dipergunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokkan kolektif lain yang elementer dan spontan, yang dalam beberapa hal menyerupai crowd, tapi yanag secara fundamental berbeda dengannya dalam hal-hal yang lain. Massa diwakili oleh orang-orang yang berperan serta dalam perilaku massal sepertinya mereka yang terbangkitkan minatnya oleh beberapa peristiwa nasional, mereka yang menyebar di berbagai tempat, mereka yang tertarik pada suatu peristiwa pembunuhan sebagai diberitakan dalam pers, atau mereka yang berperanserta dalam suatu migrasi dalam arti luas.

G. Fungsi Elite Dalam Memegang Strategi

  1. Elite politik ( yang berkuasa dalam mencapai suatu tujuan dan biasa disebut sebagai elite dari segala elite )
  2. Elite ekonomi, militer, diplomatik, dan cendekiawan ( yang berkuasa pada masing-masing bidang tersebut )
  3. Elite agama, filsuf, pendidik, dan pemuka agama
  4. Elite yang dapat memberikan kebutuhan psikologis, seperti : artis, penulis buku ( novelis, komikus ), tokoh film, dan sebagainya.
  5. Elite dari segala elite haruslah dapat menjalankan fungsinya dengan mengajak para elite pemegang strategi di masing-masing bidang untuk menjalin kerja sama yang baik. Adanya perbedaan dalam masyarakat tersebut seluruhnya merupakan tanggung jawab para elite tersebut untuk dapat bekerjasama lain di dalam tiap lembaga kehidupan masyarakat. Di dalam suatu masyarakat, mungkin tindak-tanduk elite merupakan contoh, dan sangat mungkin seorang elite diharapkan dapat melakukan segala fungsi yang multi dimensi walaupun kadang sulit untuk dilaksanakan.

    H. Hal Penting Dalam Massa atau Perilaku Massa

    Massa dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan). Massa adalah kumpulan orang banyak dalam tempat, waktu yang sama dan biasanya mempunyai tujuan yang sama. Oleh karena itu psikologi massa akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok massa. Fenomena kebersamaan ini diistilahkan pula sebagai Perilaku Kolektif (Collective Behavior). Dalam perilaku kolektif, seseorang atau sekelompok orang ingin melakukan perubahan sosial dalam kelompoknya, institusinya, masyarakatnya. Tindakan kelompok ini ada yang diorganisir, dan ada juga tindakan yang tidak diorganisir. Tindakan yang terorganisir inilah yang kemudian banyak dikenal orang sebagai gerakan social (Social Movement). Perilaku kolektif yang berupa gerakan sosial, seringkali muncul ketika dalam interaksi sosial itu terjadi situasi yang tidak terstruktur, ambigious (ketaksaan/ membingungkan), dan tidak stabil. Kondisi – kondisi pembentuk perilaku massa Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif , diantaranya:

  6. Structural conduciveness: beberapa struktur sosial yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif, seperti: pasar, tempat umum, tempat peribadatan, mall, dst
  7. Structural Strain: yaitu munculnya ketegangan dlam masyarakat yang muncul secara tersturktur. Misalnya: antar pendukng kontestan pilkada.
  8. Generalized beliefs : berbagi interpretasi acara
  9. Precipitating factors: ada kejadian pemicu (triggering incidence). Misal ada pencurian, ada kecelakaan, ada
  10. Mobilization for actions: adanya mobilisasi massa. Misalmya : aksi buruh, rapat umum suatu ormas, dst
  11. Failure of Social Control – akibat agen yang ditugaskan melakukan kontrol sosial tidak berjalan dengan baik.

    Referensi

  12. dosensosiologi
  13. herysulistyo94
  14. wibawa-rian